Di susun oleh:
1.
Dhesi
Asriani
2.
Dwi
Fatmawati
3.
Endarwati
4.
Fatah
Suyatmojo
5.
Rendi
Prima N
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manajemen
dalam bahasa inggris berarti mengelola atau mengatur. Dalam Fattah (2006: 1),
manajemen diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Manajemen sebagai ilmu
merupakan bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa
dan bagaimana orang bekerja sama. Manajemen sebagai kiat seperti pernyataan
Follet merupakan hal yang dapat mencapai sasaran melalui cara-cara dengan
mengatur orang lain dalam menjalankan tugas. Manajemen sebagai profesi
menjelaskan adanya landasan keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi
manajer dan para profesional dengan dituntun oleh sebuah kode etik.
Manajemen
merupakan suatu sistem yang setiap komponennya menampilkan sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan. Manajemen sebagai sistem memiliki fungsi-fungsi pokok yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating),
dan pengawasan (controlling).
Manajemen
dalam pendidikan menurut Djam’an Satori dalam Sudarmiani (2009: 2) diartikan
sebagai keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil
dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Manajemen
memiliki pengaruh bagi seseorang/sekelompok orang untuk bertindak. Sama halnya
dengan manajemen, kepemimpinan pun memiliki pengaruh bagi seseorang /sekelompok
orang untuk bertindak. Manajemen merupakan suatu proses menyelesaikan aktivitas
secara efisien dengan atau melalui orang lain dan berkaitan dengan rutinitas
tugas suatu organisasi, sedangkan kepemimpinan muncul jika ada upaya
mempengaruhi seorang individu/kelompok dan berhubungan dengan perubahan.
Menurut Danim (2008: 3) pemimpin dipandang sebagai inti dari manajemen dan
perilaku kepemimpinan merupakan inti perilaku manajemen. Inti dari kepemimpinan
adalah pembuatan keputusan termasuk keputusan untuk tidak memutuskan.
Kepemimpinan akan berjalan jika ada keputusan yang akan dijalankan, demikian
juga manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan dapat mencapai tujuan jika dijalankan
oleh seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan.
Para
pimpinan akan dilimpahi kewenangan untuk menggerakkan dan mengendalikan
orang-orang disekitarnya untuk mencapai tujuan tertentu. Maka dengan kekuasaan
yang diberikan pada seorang pemimpin menjadi sangat penting. Seorang pemimpin
sebagai individu akan berhadapan dengan sejumlah individu lain yang
berbeda-beda kepribadian, watak, dan karakternya. Dalam keadaan yang demikian
itu, maka pemimpin harus memahami, menghargai, dan berusaha untuk menyatukan kepribadian
yang berbeda-beda, termasuk juga kepribadian yang ia miliki untuk bisa berada
dalam satu usaha bersama demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Maka
sebenarnya kepemimpinan menunjukkan keadaan yang sangat kompleks karena
kepemimpinan tidak hanya berkenaan urusan individu saja tetapi berkenaan pula
dengan urusan orang bannyak (sosial).
Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai kepemimpinan
dalam manajemen; perbedaan kepemimpinan dan manajer yang sering disamakan dalam
perspektif masyarakat luas; kekuasaan, kewenangan dan gaya kepemimipinan; peran
kepala sekolah sebagai pemimpin dan manajer pendidikan; serta kepemimpinan
kepala sekolah yang efektif.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, masalah yang dapat dirumuskan adalah:
1. Bagaimana
pengertian kepemimpinan dalam manajemen dan apa perbedaan kepemimpinan dengan
manajer?
2. Bagaimana
keterkaitan administrasi, organisasi, manajemen, dan kepemimpinan?
3. Bagaimana
kekuasaan, kewenangan, dan gaya kepemimpinan dalam manajemen pendidikan?
4. Bagaimana
peran kepala sekolah sebagai pemimpin dan manajer pendidikan yang efektif?
C. Tujuan
Berdasarkan
masalah-masalah yang dirumuskan, tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk
mengetahui pengertian kepemimpinan dalam manajemen dan perbedaan antara
kepemimpinan dengan manajer
2. Untuk
mengetahui keterkaitan administrasi, organisasi, manajemen, dan kepemimpinan
3. Untuk
mengetahui kekuasaan, kewenangan, dan gaya kepemimpinan dalam manajemen
pendidikan
4. Untuk
mengetahui peran kepala sekolah sebagai pemimpin dan manajer pendidikan yang
efektif.
D. Manfaat
Makalah
ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Bagi Penulis
Sebagai bahan acuan untuk menumbuhkan
jiwa kepemimpinan dalam manajemen pendidikan.
2. Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan untuk
mengembangkan kepemimpinan yang efektif dalam manajemen pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kepemimpinan
Dalam bahasa
Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina,
panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja,
tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan menurut istilah pemimpin adalah orang yang
mempunyai wewenang dalam pengambilan keputusan suatu organisasi. Menurut Hikmat
(2009: 249), kepemimpinan adalah proses pelaksanaan tugas dan kewajiban
individu. Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam memikul tanggung
jawabnya secara moral dan legal formal atas seluruh pelaksanaan wewenangnya
yang telah didelegasikan kepada orang-orang yang dipimpinnya. Owen dalam
Sudarmiani (2009: 33) menyimpulkan kepemimpinan sebagai fungsi kelompok non
individu, terjadi dalam interaksi dua orang atau lebih, dimana seseorang
menggerakkan yang lain untuk berpikir dan berbuat sesuai yang diinginkan.
Menurut
Hikmat (2009: 11)Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia secara efektif, yang didukung oleh sumber-sumber lainnya
dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan orang yang
memimpin organisasi disebut manager.
Perbedaan kepemimpinan dengan manajer
Manager
|
Leadership
|
1. Building and maintaining an
organizational structure (membangun dan mengembangkan
struktur organisasi)
|
Building
and maintaining an organizational culture (membangun
dan mengembangkan kultur organisasi)
|
2. Path- following
(merujuk pada alur kepengikutan)
|
Path-
finding (merujuk pada alur penemuan)
|
3. Doing thing right
(mengerjakan sesuatu yang benar)
|
Doing
the right thing (mengerjakan sesuatu dengan benar)
|
4. The manager maintains, relies and
control (mengedepankan pemeliharaan dan pengendalian)
|
The
leader develops, inspires trust (mengembangkan dan
menginspirasi kepercayaan)
|
5. A preoccupation with the
here-and-now of goal attainment (beranjak dengan
“disini dan sekarang” dari pencapaian tujuan)
|
Focused
on the creation of a vision about a desired future state
(berfokus pada upaya mengkreasi tentang masa depan yang diinginkan)
|
6. Managers maintain a low level of
emotional involvement (memelihara level rendah
keterlibatan emosional)
|
Leaders
have empathy with other people and give attention to what event and action
means (mempunyai empati terhadap orang lain dan memberi
perhatian pada setiap peristiwa dan makna tindakan)
|
7. Designing and carry out plant,
getting things done, working effectively with people
(mendesain dan membawa rencana, mendorong tindakan, dan bekerja efektif
dengan orang)
|
Establishing
a mission, giving a sense of direction (memantapkan misi
dan membangkitkan rasa untuk mencapai arah tertentu)
|
8. Being taught by the organization
(mengembangkan pikiran dari organisasi)
|
Learning
from the organization (belajar dari organisasi)
|
Sumber: Stoner, Freeman, Gilbert
dalam Danim (2008: 4-5)
B. Keterkaitan
Administrasi, Organisasi, Manajemen, dan Kepemimpinan
Organisasi
memiliki dua pengertian umum, pertama organisasi diartikan sebagai suatu
lembaga/kelompok fungsional, misal: sekolah, perusahaan, dan badan-badan
pemerintahan. Kedua merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana
pekerjaan diatur dan dialokasikan diantara para anggota dengan mempertimbangkan
kemampuan mereka, mengalokasikan sumber daya, serta mengkoordinasikannya
sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif. Sedangkan
organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kerjasama
untuk mencapai tujuan bersama. (Fattah, 2006: 71).
Secara
etimologis, kata administrasi berasal dari bahasa yunani, ad ministrare. Ad berarti
ke/kepada. Ministrare berarti
melayani, membantu, atau mengarahkan (Malawi, 2010: 31). Administrasi dalam
arti sempit adalah bersifat teknis ketatausahaan. Sedangkan dalam arti luas,
administrasi adalah suatu proses yang ditujukan terhadap penentuan tujuan pokok
dan kebijaksanaannya, dimana organisasi dan manajemen digariskan (Sudarmiani,
2009: 35).
Sedangkan manajemen sendiri
merupakan suatu sistem yang setiap komponennya dikelola untuk mencapai sebuah
tujuan.
Hubungan Organisasi, Administrasi, dan Manajemen dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar diatas
menunjukkan bagaimana hubungan antara organisasi, administrasi, dan manajemen.
Organisasi sebagai kelompok orang yang mengikatkan diri secara formal adalah
wadah yang menampung kelompok manusia. Didalam kelompok, manusia melakukan
administrasi dalam bentuk kerja sama. Dan di dalam administrasi terjadi proses
pengaturan. Proses pengaturan inilah disebut dengan manajemen. Manajemen yang
ada didalam organisasi biasanya bertingkat dari yang terdepan sampai yang
tertinggi.
Jika disekolah
adalah sebuah organisasi, maka didalam sekolah terjadi kegiatan kerja sama
administrasi untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan,
kerja sama yang ada harus diatur sehingga semua sumber daya pendidikan bersifat
harmonis, dan sinergis. Untuk itu dilakukan kegiatan pengaturan manajemen.
Kepala sekolah sebagai manajer tertinggi bertugas menentukan strategi dalam
mencapai tujuan pendidikan. Strategi yang ada diterjemahkan menjadi program
kerja oleh semua wakil kepala sekolah sebagai manajer madya. Pelaksanaan
program kerja dilakukan oleh guru dan segenap pegawai tata usaha dengan
pengawasan guru senior yang ditunjuk sebagai pengawas pelaksanaan. Dengan
demikian tercipta sebuah sistem organisasi yang terus bergerak mencapai tujuan.
Demikianlah hubungan antara organisasi, administrasi, dan manajemen (diunduh dari www.sarjanaku.com/2010/01/makalah-konsep-organisasi-administrasi.html).
C. Kekuasaan,
Kewenangan dan Gaya kepemimpinan
- Kekuasaan
Kekuasaan
dalam arti yang sebenarnya adalah kekuatan untuk mengendalikan orang lain
sehingga orang lain sama sekali tidak punya pilihan, karena tidak berdaya untuk
menentukan diri sendiri atau tidak mengetahui bagaimana memperoleh sumber daya
yang mereka perlukan (Fattah, 2006: 76). Pelopor pertama yang mempergunakan
istilah kekuasaan adalah sosiolog kenamaan Max Weber. Dia merumuskan kekuasaan
itu sebagai suatu kemungkinan yang membuat seorang aktor dalam hubungan sosial
berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang
menghilangkan halangan.
Walterd
Nord merumuskan kekuasaan sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi aliran
energi dan dana yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan yang berbeda secara
jelas dan tujuan lainnya. Sedangkan Russel mengartikan kekuasaan sebagai suatu
produksi dan akibat yang diinginkan. Bierstedt mengatakan kekuasaan adalah
kemampuan untuk mempergunakan kekuatan. Dahl mengatakan bahwa jika A mempunyai
kekuasaan atas B, maka A bisa meminta B untuk melaksanakan sesuatu yang tidak
bisa dilakukan oleh B terhadap A (Sudarmiani, 2009: 37-38).
Menurut
Edgar H. Schein dalam Fattah (2006: 76-77) kekuasaan tidak hanya diperoleh
semata-mata dari tingkatan seseorang dalam hierarki organisasi, tapi bersumber
dari bermacam-macam jenis psikologis kekuasaan yaitu:
1. Kekuasaan
yang memaksa, didasarkan pada kemampuan memberi pengaruh untuk menghukum
penerima pengaruh kalau tidak memenuhi permintaan.
2. Kekuasaan
imbalan, didasarkan pada kemampuan untuk memberi imbalan pada orang lain. Makin
besar kekuasaan imbalan, makin besar pengaruh yang memberi perintah.
3. Kekuasaan
jabatan, berhubungan dengan hak kelembagaan, terjadi apabila bawahan menerima
pengaruh mengakui bahwa atasan secara sah berhak untuk memerintah atau memberi
pengaruh dalam batas-batas tertentu.
4. Kekuasaan
ahli, didasarkan pada keyakinan bahwa pemberi pengaruh mempunyai keahlian yang
relevan dan tidak dimiliki oleh penerima pengaruh.
5. Kekuasaan
acuan, berpijak pada keinginan penerima pengaruh untuk meniru pemberi pengaruh.
6. Kekuasaan
pribadi, berpijak pada kualitas pribadi yang memberi pengaruh dan mendapat
tanggapan emosional yang sangat besar dari pengikut.
Sedangkan
menurut Hersey dan Goldsmith dalam Sudarmiani (2009: 40-41) ada tujuh kekuasaan
yaitu:
1. Kekuasaan
paksaan adalah kekuasaan berdasarkan rasa takut. Pemimpin memiliki kemampuan
untuk mengenakan hukuman/pemecatan.
2. Kekuasaan
legitimasi adalah kekuasaan yang bersumber pada jabatan yang dipegang oleh
seorang pemimpin. Secara normal, semakin tinggi posisi seorang pemimpin,
semakin besar kekuasaan legitimasinya.
3. Kekuasaan
keahlian adalah kekuasaan yang bersumber dari keahlian , kecakapan atau
pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang diwujudkan lewat rasa
hormat, dan pengaruhnya terhadap orang lain.
4. Kekuasaan
penghargaan adalah kekuasaan yang bersumber dari kemampuan untuk menyediakan
penghargaan atau hadiah bagi orang lain.
5. Kekuasaan
referensi adalah kekuasaan yang bersumber pada sifat-sifat pribadi dari seorang
pemimpin. Seorang pemimpin yang tinggi kekuasaan referensinya, pada umumnya
disenangi dan dikagumi orang lain karena kepribadiannya.
6. Kekuasaan
informasi adalah kekuasaan yang bersumber karena adanya akses informasi yang
dimiliki oleh pemimpin yang dinilai sangat berharga oleh pengikutnya.
7.Kekuasaan
hubungan adalah kekuasaan yang bersumber pada hubungan yang dijalin oleh
pimpinan dengan orang-orang penting dan berpengaruh baik diluar dan didalam
organisasi.
- Kewenangan
Wewenang
sering dikatakan otorita. Otorita adalah hak yang dimiliki pimpinan atau
pejabat tertentu untuk mengambil keputusan, melakukan tindakan atau
meninggalkan suatu tindakan (Hikmat, 2009: 265). Sedangkan menurut Newman dalam
Fattah (2006: 75) wewenang merupakan hak kelembagaan menggunakan kekuasaan dan
wewenang dibedakan menjadi:
1. Wewenang
hukum, yaitu wewenang yang dimiliki seseorang untuk menegakkan hukum, mewakili
dan bertindak atas nama organisasi
2. Wewenang
teknis, yaitu seseorang dianggap pakar pada suatu hal
3. Wewenang
berkuasa, yaitu sumber utama yang berhak melakukan tindakan
4. Wewenang
operasional, yaitu seseorang diperbolehkan melakukan tindakan tertentu.
Menurut
Max Weber, ada tiga tipe dasar kewenangan/otoritas resmi yaitu:
1. Otoritas
legal, rasional
Otoritas ini menyangkut keyakinan
akan legalitas pola aturan baku dan hak mereka yang tinggi untuk kewenangan
sesuai aturan pemerintah. Otoritas dipegang oleh perintah impersonal secara
hukum dan meluas ke orang dengan berdasarkan kantor mereka pegang. Kekuatan
pejabat pemerintah ditentukan oleh kantor-kantor yang mereka ditunjuk atau
dipilih karena kualifikasi masing-masing. Selama individu memegang
kantor-kantor mereka memiliki sejumlah kekuasaan tapi begitu mereka
meninggalkan kantor rasional-hukum otoritas mereka hilang.
2. Otoritas
tradisional
Legitimasi dan kekuatan untuk
kontrol diturunkan dari masa lalu dan kekuatan ini dapat dilaksanakan dengan
cara yang cukup diktator. Hal ini bisa agama suci atau spiritual yang pelan-pelan berubah budaya atau suku keluarga
atau struktur marga jenis.
3. Otoritas
kharismatik
Otoritas karismatik ada ketika
kontrol orang lain didasarkan pada karakteristik pribadi seseorang seperti
keahlian etis heroik atau agama yang luar biasa. Pemimpin karismatik dipatuhi
karena orang merasa ikatan emosional yang kuat kepada mereka (diunduh dari http://minyakoles.wordpress.com/2012/07/21/max-weber-tipologi-bentuk-otoritas-tradisional-rasional-legal-dan-karismatik/).
- Gaya Kepemimpinan
Gaya
kepemimpinan menurut Thoha dalam Sudarmiani (2009: 41) adalah: norma perilaku
yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku
orang lain seperti yang ia lihat. Gaya kepemimpinan mempengaruhi pola perilaku
seorang pemimpin saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin
untuk dikerjakan, dan cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota
kelompok membentuk gaya kepemimpinannya (Malawi, 2010: 55). Teori tentang gaya
kepemimpinan ada tiga, yaitu:
1. Teori
sifat (the trait theories)
Menurut Sutisna dalam
Sudarmiani (2009: 42) teori sifat menunjuk pada sifat-sifat tertentu, seperti
kekuatan fisik atau keramahan yang esensial pada kepemimpinan yang efektif.
Teori ini menyarankan beberapa syarat yang harus dimiliki pemimpin yaitu:
kekuatan fisik dan susunan syaraf, penghayatan terhadap arah dan tujuan,
antusiasme, keramah tamahan, integritas, keahlian teknis, kemampuan mengambil
keputusan, intelegensi, ketrampilan memimpin, dan kepercayaan (Tead dalam
Malawi, 2010: 56).
2. Teori
perilaku (the behaviour theories)
Teori ini memfokuskan
dan mengidentifikasikan perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya
mempengaruhi orang lain (pengikut). Berdasarkan teori perilaku, macam-macam
gaya kepemimpinan yaitu:
a. Studi
kepemimpinan universitas IOWA yang dilakukan oleh Ronald Lippit dan K. White
menghasilkan tiga gaya kepemimpinan yaitu:
Ø Otoriter:
kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan oleh pimpinan
Ø Demokratis:
kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan oleh pimpinan dan bawahan secara bersama-sama
Ø Kebebasan:
kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan dan diserahkan pada bawahan
b. Studi
OHIO
Ada empat gaya
kepemimpinan berdasarkan pernyataan Hersey dan Blancard yaitu:
Ø Telling:
banyak memberi perintah tetapi sedikit memberi semangat
Ø Selling:
banyak memberi perintah dan semangat
Ø Participating:
sedikit memberi perintah tetapi banyak memberi semangat
Ø Delegating:
sedikit memberi perintah dan semangat
c. Studi
Michigan
Peneliti dari
universitas Michigan menemukan dua macam gaya kepemimpinan yaitu:
Ø The
job-centered: berpusat pada pekerjaan yang sangat memperhatikan produksi dan
aspek-aspek teknik kerja
Ø The
employee-centered: berpusat pada pegawai yang sangat menghargai pegawai,
memperhatikan kesejahteraan, dan kesehatan pegawai.
d. Manajerial grid (jaringan
manajerial)
Penelitian ini
dilakukan oleh Robert R. Blake dan James S. Mouton yang menyatakan ada dua
macam gaya kepemimpinan yaitu:
Ø Concern for production:
perhatian pada produksi yang menekankan pada mutu keputusan, prosedur, kualitas
pelayanan staff, efisiensi kerja, dan jumlah pengeluaran.
Ø Concern for people:
perhatian pada orang yang menekankan perhatian untuk karyawannya.
e. Sistem
kepemimpinan Likert
Likert mengembangkan
teori kepemimpinan dua dimensi yaitu berorientasi tugas dan berorientasi
individu. Emapat sistem kepemimpinan menurut Likert adalah:
Ø Sistem
1: pemimpin sangat otokratis. Memiliki sedikit kepercayaan pada bawahannya dan
suka mengeksploitasi bawahan. Pemimpin juga sering memberi hukuman.
Ø Sistem
2: pemimpin otokratis yang baik hati. Pemimpin mendengae pendapat dari bawahan,
memotivasi dengan hadiah dan hukuman, tetapi bawahan masih merasa tidak bebas
membicarakan pekerjaan dengan atasan.
Ø Sistem
3: pemimpin mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahan. Pemimpin melakukan
sedikit partisipasi sehingga bawahan merasa sedikit bebas membicarakan
pekerjaan dengan atasan.
Ø Sistem
4: pemimpin bergaya kelompok partisipatif. Pemimpin mempunyai kepercayaan yang
sempurna terhadap bawahan, mempersilahkan bawahan untuk menyampaikan ide-ide
inovasi sehingga bawahan merasa bebas membicarakan pekerjaan dengan atasan
(http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/10/kepemimpinan-dalam-sekolah/).
3. Teori
Situasional
Teori ini menitikberatkan
pada berbagai gaya kepemimpinan yang paling efektif diterapkan dalam situasi
tertentu. Gaya kepemimpinan berdasarkan teori situasional adalah:
a. Teori
kepemimpinan kontingensi
Teori ini dikembangkan
oleh Fiedler dan Chemers yang menyatakan bahwa seseorang yang menjadi pemimpin
bukan hanya karena faktor kepribadian yang dimiliki, tetapi juga faktor situasi
dan saling hubungan antara pemimpin dengan situasi. Ada dua gaya kepemimpinan
menurut teori ini, yaitu:
Ø Gaya
kepemimpinan yang mengutamakan tugas
Ø Gaya
kepemimpinan yang mengutamakan hubungan kemanusiaan
Tiga
faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan yaitu:
˗
Hubungan antara pemimpin dengan anggota
˗
Variabel struktur tugas dalam situasi
kerja. Tugas yang berstruktur adalah tugas yang memiliki prosedur berupa
langkah-langkah untuk penyelesaian tugas itu telah tersedia.
˗
Variabel kekuasaan karena posisi
pimpinan (Fattah, 2006: 96)
b. Teori
kepemimpinan tiga dimensi
Teori ini dikemukakan
oleh Reddin yang merumuskan empat kelompok gaya dasar kepemimpinan yaitu:
Ø Separated:
pemisah
Ø Dedicated:
pengabdi
Ø Related:
penghubung
Ø Integrated:
terpadu
c. Teori
kepemimpinan situasional
Konsep kepemimpinan
situasional pertama kali dirumuskan oleh Paul Hersey dan Kenneth Blancard yang
merupakan pengembangan dari teori kepemimpinan tiga dimensi yang didasarkan
pada hubungan antara tiga faktor yaitu peirlaku tugas, perilaku hubungan, dan
kematangan. Gaya kepemimpinan berdasarkan teori ini yaitu:
Ø Gaya
mendikte (telling): diterapkan jika
anak buah dalam tingkat kematangan rendah dan memerlukan petunjuk serta
pengawasan yang jelas.
Ø Gaya
menjual (selling): diterapkan jika
anak buah memiliki kemauan untuk melakukan tugas tapi belum didukung oleh
kemampuan yang memadai.
Ø Gaya
melibatkan diri (participating): diterapkan jika anak buah memiliki kemampuan
tetapi kurang percaya diri.
Ø Gaya
kendali bebas (delegating):
diterapkan jika anak buah memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengerjakan
tugas sehingga dapat diberikan tanggung jawab secara penuh.
D. Peran
Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin dan Manajer Pendidikan yang Efektif
Kepala
Sekolah adalah pemimpin dan pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan.
Kepala sekolah harus mampu menjadi manajer yang efisien dan pimpinan yang
efektif.
Pidarta
dalam Sudarmiani (2009: 56) menyatakan bahwa kepala sekolah memiliki peran dan
tanggung jawab sebagai:
Ø Manajer
sekolah. Kepala sekolah harus mampu mengadakan prediksi masa depan sekolah,
melakukan inovasi untuk kemajuan sekolah, menciptakan kebijakan untuk
mensukseskan pikiran-pikiran yang inovatif tersebut, menyusun perencanaan yang
baik, menemukan sumber dan fasilitas pendidikan, dan melakukan kontrol terhadap
pelaksanaan pendidikan
Ø Pemimpin
sekolah. Kepala sekolah harus mampu menggerakkan orang lain agar secara sadar
dan sukarela melaksanakan kewajibannya secara baik sesuai dengan apa yang
diharapkan pimpinan dalam mencapai tujuan
Ø Administrator
sekolah. Kepala sekolah harus mampu melakukan pengelolaan pengajaran,
pengelolaan kepegawaian, pengelolaan kesiswaan, pengelolaan sarana dan
prasarana, pengelolaan keuangan, dan pengelolaan hubungan sekolah dan
masyarakat
Ø Supervisor
sekolah. Kepala sekolah harus mampu memberikan layanan kepada guru-guru baik
secara individual ataupun berkelompok untuk memperbaiki pengajaran.
Pidarta
dalam Malawi (2010: 71) mengemukakan tiga macam keterampilan yang harus
dimiliki oleh kepala sekolah untuk menyukseskan kepemimpinannya yaitu:
Ø Keterampilan
konseptual adalah keterampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi
Ø Keterampilan
manusiawi adalah keterampilan untuk bekerjasama, memotivasi dan memimpin.
Ø Keterampilan
teknik adalah keterampilan dalam menggunakan pengetahuan metode, teknik, serta
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu
Selain
itu kepala sekolah juga mengimplementasikan semboyan Ki Hajar Dewantoro yaitu ing
ngarsa sung tuladha yang artinya didepan memberi contoh yang baik, ing madya
mangun karsa yang artinya ditengah memberi semangat dan tut wuri handayani yang
artinya dibelakang menciptakan prakarsa atau ide-ide kreatif.
Beberapa
kunci sukses kepala sekolah untuk menjadi pemimpin dan manajer adalah:
Ø Mempercayai
staf pengajar
Ø Mendelegasikan
tugas dan wewenang. Kepala sekolah harus mendukung upaya pemecahan setiap
masalah, tetapi tidak perlu memecahkan persoalan itu sendiri, karena dapat
menyerahkan tugas itu kepada wakilnya.
Ø Adiraga.
Kepala sekolah harus kuat secara fisik untuk dapat menyelesaikan tanggung
jawabnya sebagai kepala sekolah.
Ø Membagi
dan memanfaatkan waktu
Ø Tanpa
toleransi atas ketidakmampuan. Kepala sekolah harus menetapkan standar-standar
tertentu yang harus ditaati oleh Para stafnya.
Ø Peduli
dengan staf pengajar
Ø Membangun
visi
Ø Mengembangkan
tujuan instittusi
Ø Cekatan
dan tegas, sekaligus sabar
Ø Berani
instrospeksi
Ø Memiliki
konsistensi
Ø Bersikap
terbuka
Ø Berjati
diri tinggi (Danim, 2008: 87-94).
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Pemimpin adalah orang yang mempunyai
wewenang dalam pengambilan keputusan suatu organisasi. Kepemimpinan sebagai
fungsi kelompok non individu, terjadi dalam interaksi dua orang atau lebih,
dimana seseorang menggerakkan yang lain untuk berpikir dan berbuat sesuai yang
diinginkan. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia secara efektif, yang didukung oleh sumber-sumber lainnya dalam
suatu organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan orang yang memimpin
organisasi disebut manager.
Banyak gaya kepemimpinan yang
dirumuskan dari hasil penelitian. Pada dasarnya untuk memilih gaya kepemimpinan
dibutuhkan penyesuaian dengan situasi organisasi yang dipimpin. Selain itu,
untuk menjadi pemimpin dan manajer yang sukses kepala sekolah perlu
memperhatikan hal-hal berikut: Peduli dengan staf pengajar; Membangun
visi; Mengembangkan
tujuan instittusi; Cekatan dan tegas, sekaligus sabar; Berani
instrospeksi; Memiliki
konsistensi; Bersikap
terbuka; Berjati
diri tinggi dan sebagainya.
B.
Saran
Untuk
menjadi seorang pemimpin dan manajer yang baik diperlukan pengetahuan tentang
gaya kepemimpinan dan tugas-tugas sebagai pemimpin dan manajer. Seseorang dapat
memilih gaya kepemimpinan yang sesuai dengan lingkungan organisasinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Danim, Sudarwan dan Suparno. 2008. Manajemen Dan Kepemimpinan Transformasional
Kekepalasekolahan. Jakarta: Rineka Cipta.
Fattah, Nanang. 2006. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya Bandung.
Hikmat. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Malawi,
Ibadullah (dkk). 2010. Profesi
Kependidikan. Madiun: IKIP PGRI Madiun.
Nawawi, Hadari
dan Martini Hadari. 2004. Kepemimpinan
yang Efektif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sudarmiani. 2009.
Diktat Manajemen Pendidikan. Madiun:
IKIP PGRI Madiun.
http://minyakoles.wordpress.com/2012/07/21/max-weber-tipologi-bentuk-otoritas-tradisional-rasional-legal-dan-karismatik/ diunduh tanggal 13 Oktober 2012 pukul 16.30 WIB.
http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/10/kepemimpinan-dalam-sekolah/ diunduh
tanggal 14 Oktober 2012 pukul 09.55 WIB
www.sarjanaku.com/2010/01/makalah-konsep-organisasi-administrasi.html diunduh tanggal 13 Oktober 2012 pukul 16.10 WIB.
Mantap ! (y) Makasih yah
BalasHapusTHANK YOU
BalasHapusass.. hay., nama saya try, salam kenal.,
BalasHapustrimakasih sudah berbagi ilmu., artikelnya sangat bermanfaat.., blognya juga kerern..
good luck..
oh iya., kalau ada waktu jangan lupa mampir di Tugas dan Materi Kuliah . Saya juga punya materi tentang Manajemen dan Kepemimpinan, tapi sudah dalam bentuk makalah,. kalau berminat silahkan baca Makalah Manajemen Kepemimpinan. siapa tahu bisa bermanfaat..
kak ijin copas ya, buat referensi tugas nih, trimakasih sangat membantu
BalasHapus